Literasi dan Inklusi Keuangan: Reksa Dana Sebagai Alternatif Investasi di Pasar Modal

FEBI – Jumat (21/02), dalam rangka meningkatkan literasi keuangan dan menyediakan alternatif investasi yang aman serta menguntungkan, Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan seminar bertema “Reksa Dana sebagai Alternatif Investasi di Pasar Modal”. Acara ini berlangsung di Ruang Munaqosah Besar Lt. 3 dan dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari investor pemula hingga profesional. Pimpinan fakultas dan narasumber yang turut hadir dalam acara ini adalah Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Ibi Satibi, S.H.I., M.Si.; Alex Fahrur Riza, SE., M.Sc., sebagai Pembina KSPM sekaligus Kepala Laboratorium FEBI; Direktur PT OSO Sekuritas Indonesia, Niko Tjahjoadi; serta Direktur Utama OMI, Rusdi Oesman. Seminar ini juga diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa KSPM dan lima mahasiswa disabilitas dari berbagai perguruan tinggi.

Dalam sambutannya, Dr. Ibi Satibi menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan seminar yang mengangkat tema literasi keuangan yang inklusif ini. Ia menekankan pentingnya pengembangan literasi keuangan dan investasi yang berkelanjutan, serta peran mahasiswa dalam menyusun kajian-kajian teoritis mengenai literasi keuangan dan praktik investasi yang relevan dengan perkembangan zaman.

Alex Fahrur Riza, SE., M.Sc., sebagai Pembina KSPM, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada OMI atas kontribusinya dalam berbagi wawasan dengan mahasiswa. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada PT OSO Sekuritas Indonesia dan seluruh panitia KSPM atas kerja keras yang telah dilakukan dalam menyukseskan seminar ini. Menurutnya, meskipun literasi dan inklusi keuangan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan, masih banyak peluang untuk pengoptimalan agar lebih banyak masyarakat yang memahami serta memiliki akses terhadap layanan keuangan formal.

Alex menambahkan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan kewajiban bersama antara akademisi, industri keuangan, dan masyarakat. Kolaborasi antara berbagai pihak diharapkan dapat mempercepat tercapainya inklusi keuangan yang lebih merata dan berkelanjutan. Selain itu, pemanfaatan teknologi keuangan dinilai sebagai faktor penting dalam mempercepat pemahaman masyarakat terhadap sektor ini. Semoga seminar ini dapat memberikan wawasan baru bagi peserta dan mendorong mereka untuk berperan aktif dalam menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif.

Niko Tjahjoadi, Direktur PT OSO Sekuritas Indonesia, yang juga menjadi salah satu pemateri seminar, memperkenalkan perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, khususnya sebagai perantara perdagangan efek dan manajemen investasi. PT OSO Sekuritas Indonesia beroperasi di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berkomitmen untuk menyediakan layanan investasi yang inovatif serta dapat dipercaya. Perusahaan ini berfokus pada perdagangan saham, obligasi, dan reksa dana, dan terus memperluas jangkauannya dengan membuka kantor cabang di berbagai kota di Indonesia.

Niko menyampaikan, "Kami percaya pasar modal Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, dan kami berkomitmen memberikan solusi investasi yang aman serta sesuai dengan kebutuhan nasabah." Dengan dukungan tim profesional dan teknologi perdagangan modern, PT OSO Sekuritas Indonesia bertekad memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri keuangan serta berkontribusi pada peningkatan literasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Pemateri kedua, Direktur Utama OMI, Rusdi Oesman, memberikan penjelasan mendalam mengenai bagaimana reksa dana dapat menjadi pilihan investasi yang menarik, meskipun pasar modal sering mengalami fluktuasi. Dalam paparan materi, Rusdi menjelaskan, "Reksa dana menawarkan diversifikasi portofolio yang dapat mengurangi risiko investasi, terutama bagi mereka yang baru memulai." Selain itu, reksa dana memberikan kemudahan bagi investor untuk mengelola dananya tanpa harus terlibat langsung dalam transaksi jual beli di pasar modal. Dengan pengelolaan oleh manajer investasi profesional, reksa dana menjadi solusi bagi mereka yang ingin berinvestasi meskipun memiliki keterbatasan waktu atau pemahaman mengenai pasar modal.

Rusdi juga mengungkapkan bahwa reksa dana hadir dalam berbagai jenis, seperti reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham, sehingga memungkinkan investor untuk memilih produk sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan mereka. Meskipun pasar modal terkadang mengalami fluktuasi, reksa dana tetap menjadi pilihan yang menarik karena menawarkan strategi investasi jangka panjang yang lebih stabil. "Penting bagi investor untuk memahami tujuan keuangan mereka dan memilih produk yang sesuai dengan toleransi risiko, serta mempertimbangkan pertumbuhan aset dalam jangka panjang," tambahnya.

Seminar ini diikuti oleh 48 peserta, yang mencerminkan tingginya minat terhadap investasi di pasar modal, khususnya melalui reksa dana. Yang menarik, seminar ini juga dihadiri oleh mahasiswa disabilitas yang aktif berpartisipasi dalam diskusi, mencerminkan pentingnya akses literasi keuangan yang inklusif. Diskusi yang berlangsung tidak hanya membahas manfaat diversifikasi portofolio, tetapi juga menekankan pentingnya pemahaman mengenai strategi investasi yang berkelanjutan.

Pada sesi tanya jawab, seorang peserta dari program Ekonomi Syariah menanyakan dampak penurunan suku bunga BI Rate terhadap Reksa Dana Pasar Uang (RDPU). Rusdi Oesman menjelaskan bahwa penurunan suku bunga dapat menurunkan imbal hasil instrumen pasar uang, seperti deposito dan obligasi jangka pendek, yang menjadi aset utama dalam RDPU. "Ketika suku bunga turun, imbal hasil deposito juga akan menurun, sehingga potensi keuntungan RDPU berkurang dibandingkan dengan saat suku bunga tinggi," ujarnya.

Peserta lainnya bertanya mengenai cara kerja Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), mengingat penerbitan obligasi oleh pemerintah tidak dilakukan secara rutin. Rusdi Oesman menjelaskan bahwa meskipun penerbitan obligasi baru tidak selalu terjadi, manajer investasi tetap memiliki akses terhadap obligasi yang sudah diterbitkan sebelumnya di pasar sekunder. "RDPT tidak hanya mengandalkan penerbitan obligasi baru, tetapi juga dapat membeli dan menjual obligasi di pasar sekunder, yang memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan portofolio," tambahnya.

Seminar ini menjadi momen penting dalam meningkatkan literasi keuangan dan kesadaran akan pentingnya perencanaan investasi yang matang. Diharapkan, semakin banyak individu, termasuk kelompok disabilitas, yang dapat mengoptimalkan instrumen keuangan untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.