MENGAPA ADA APLIKASI TABUNGAN HIJAU?
Oleh : Dinik Fitri Rahajeng Pangestuti, SE., M.Ak.
Dosen Program Studi Akuntansi Syariah FEBI UIN Sunan Kalijaga
Perekonomian yang sulit menyebabkan orang berpikir bahwa tidak mungkin akan memiliki tabungan atau investasi. Seolah keinginan untuk memilikinya terlalu berlebihan. Hal ini menjadi salah satu penyebab orang tidak mencari tahu mengenai lembaga keuangan beserta produk dan kegiatannya. Seolah-olah keterbatasan keuangan menjadi penghalang orang untuk meningkatkan literasi keuangan. Padahal, akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan merupakan hak dasar bagi seluruh masyarakat serta merupakan sesuatu yang esensial di dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Untuk itu, pembangunan perekonomian yang berpihak kepada masyarakat menengah bawah sangat diperlukan agar mereka dapat memperoleh akses terhadap produk dan jasa keuangan. Ketersediaan layanan jasa keuangan khususnya yang berskala mikro dapat membantu masyarakat ekonomi menengah bawah dalam meningkatkan kualitas hidup melalui pemanfaatan produk keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2018). Pengertian literasi keuangan tidak terbatas pada pengetahuan, keyakinan dan keterampilan terhadap lembaga, produk dan jasa keuangan, namun juga terkait dengan sikap dan perilaku keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan tahun 2013, tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia terbagi dalam empat tingkatan (Otoritas Jasa Keuangan, 2013):
- Well literate(21,84%), yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
- Sufficient literate(75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.
- Less literate(2,06%), hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.
- Not literate(0,41%), tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Mengingat betapa pentingnya literasi keuangan, setidaknya ada 6 langkah yang dapat dilakukan yaitu: 1) menyisihkan minimal 1 jam per minggu atau 10 menit per hari untuk membuat perencanaan keuangan dari yang paling sederhana, yaitu penerimaan dan pengeluaran; 2) sisihkan 30 menit per minggu atau sekitar 5 menit perhari untuk membaca artikel-artikel keuangan; 3) sharing dengan teman yang lebih mengerti; 4) mencoba produk-produk keuangan; 5) melakukan simulasi keuangan; 6) konsultasi dengan perencana keuangan (Finansialku, 2014).
Di sisi lain sampah dan limbah rumah tangga setiap hari selalu ada. Sampah menjadi permasalahan yang selalu berkembang seiring dengan bertambahnya populasi. Sampah domestik atau limbah rumah tangga merupakan bahan buangan yang timbul karena adanya kehidupan manusia. Sampah domestik yang kerap disebut limbah rumah tangga dapat berupa limbah padat ataupun limbah cair. Limbah padat dapat berupa sampah dan limbah cair dapat berupa air kotor yang berasal dari aktivitas rumah tangga. Limbah yang dibuang sembarangan dapat menimbulkan berbagai bencana, baik pada lingkungan ataupun pada manusia sendiri. Semua negara di bumi ini menyadari bahwa sampah atau limbah adalah salah satu permasalahan yang membawa ketidaknyamanan hidup dalam sebuah lingkungan (Falah, 2014).
Limbah rumah tangga digolongkan dalam dua jenis yaitu limbah organik dan anorganik. Limbah organik yaitu limbah yang berasal dari makhluk hidup sehingga memiliki unsur karbon. Contohnya kotoran manusia dan hewan, sisa-sisa makanan, dedaunan kering, dan lain sebagainya. Limbah anorganik yaitu limbah yang tidak memiliki unsur karbon. Contohnya pupuk kimia, plastik, karet, baterai, kaleng, dan lain sebagainya (Dinas Lingkungan Hidup dan Kesehatan Kabupaten Badung, n.d.).
Melihat dampak limbah rumah tangga yang sangar besar terhadap lingkungan maka diperlukan tindakan untuk mengelola limbah rumah tangga dengan baik. Setiap keluarga memiliki peranan yang sama dalam mengelola limbah rumah tangga yang dihasilkannya.Pada tingkatan rumah tangga sampah merupakan salah satu permasalahan bagi lingkungan. Namun ternyata, ditangan wanita kedua hal yang seolah tidak berhubungan ini menjadi terhubung dan memiliki makna lebih. Program ini dinamakan“Tabungan Hijau; Solusi Menabung, Belanja dan Investasi Tanpa Uang”.
Program ini menghubungkan permasalahan yang ditimbulkan dari sampah dan limbah rumah tangga dengan permasalahan keterbatasan berinvestasi. Hal ini dilakukan terkait dengan adanya program Green Financial dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan pembangunan yang menempatkan aspek sosial dan lingkungan menjadi prioritas. Terdapat 17 aspek yang perlu diperhatikan di dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu: 1. No Poverty, artinya pembangunan yang dilakukan tidak menyebabkan kesenjangan dan kemiskinan; 2. Zero Hunger; 3. Good Health and Wellbeing; 4. Quality Education; 5. Gender Quality; 6. Green Water and Sanitation; 7. Affordable and Clean Energy; 8. Decent Work and Economic Growth; 9. Industry, Innovation and Infrastructure; 10. Reduced in Equalities; 11. Sustainable Cities and Communities; 12. Ensure Sustainable Consumption and Production Pattern; 13. Climate Action; 14. Life Below Water; 15. Life on Land; 16. Peace, Justice and Strong Institutions; 17. Partnerships for the Goals (United Nation, n.d.). SDGs dibangun diatas 4 pilar utama yaitu: 1) Pilar Pembangunan Sosial; 2) Pilar Pembangunan Ekonomi; 3) Pilar Pembangunan Lingkungan; 4) Pilar Pembangunan Hukum dan Tata Kelola (BAPPENAS, n.d.).
Secara teknis kedua hal ini akan dihubungan melalui kerjasama dengan beberapastakeholder,yaitu peserta program, relawan, pengurus RT dan PKK, mitra pengelola sampah dan limbah serta mitra lembaga keuangan bank dan non-bank, sehingga mampu menjadi solusi bagi banyak pihak.